Saya kembali teringat comment dari seorang sahabat lama. Intinya adalah Apabila di tempat kerja tidak ada yang bisa untuk ”dicintai” walaupun telah berusaha menemukan segala hal, sebaiknya carilah tempat lain yang lebih ”nyaman” bagi diri. Yap, memang sangat sederhana, tapi maknanya sangat dalam.
Apabila kita tanpa kesiapan mental untuk bekerja, maka akan terjadi kegamangan. Biasanya kegamangan akan muncul berupa pertanyaan – pertanyaan dari dalam hati akan kemampuan diri sendiri. Tapi sesungguhnya bekerja itu tidak sesukar dan menyebalkan seperti yang telah kita bayangkan sebelum – sebelumnya.
Menurut para pakar, saat ini banyak perusahaan atau instansi yang mengedepankan softskill daripada hardskill. Namun dalam kenyataan setelah terjun langsung, pembagiannya antara kedua hal ini adalah fifty – fifty. Tidak selamanya orang yang bersoftskill bagus akan terus menjadi leader, begitu juga sebaliknya.
Proses – proses sebelum diterima kerja sangat panjang dan melelahkan. Mulai dari test administrasi, test pengetahuan umum, psikotest, wawancara, tes kesehatan hingga akhirnya melewati proses training atau magang sebelum diangkat sebagai pegawai resmi/tetap. Tiap perusahaan atau instansi mempunyai cara sendiri – sendiri dalam menyeleksi calon karyawannya. Tentunya hal ini disesuaikan dengan karakteristik perusahaan dan posisi dalam lowongan.
Proses penerimaan pegawai yang berbeda juga terjadi antara perusahaan swasta dengan instansi pemerintahan. Namun biasanya perbedaan ini terjadi saat calon pegawai tersebut akan diangkat sebagai pegawai tetap atau PNS. Salah satunya adalah jika CPNS akan diangkat sebagai PNS harus melewati Pra Jabatan. Seperti sebuah diklat dengan ujian, tetapi lebih diutamakan penilaian terhadap attitude. Sedangkan di perusahaan swasta ada yang langsung dan ada juga yang harus melewati proses diklat untuk diangkat sebagai pegawai tetap. Bahkan banyak juga perusahaan yang membuka lowongan dengan status sebagai pegawai kontrak.
Setelah diterima sebagai pegawai, saatnya kita tunjukan kemampuan kita. Jangan ragu tunjukan kepada atasan akan keahlian yang kita miliki. Tentunya dengan langkah – langkah yang fair misalnya di dalam diskusi. Sebab, biasanya sebagai junior kita akan sangat diperhatikan. Salah langkah sedikit saja bisa menjadi bomerang buat kita.
Dalam dunia kerja, banyak hal yang bisa dijadikan oleh kita sebagai alat pembelajaran. Oleh karena itu jangan sampai kita lelah untuk belajar. Kita harus tetap memperluas pengetahuan dan wawasan. Bahkan perlu juga kita mempelajari karakteristik dan watak seseorang. Apalagi bagi yang bekerja di front office dan harus berhadapan dengan klien.
Tidak selamanya kita akan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita. Apabila ini terus berlarut – larut, maka akan membuat diri kita tidak optimal. Hambatan yang lain adalah rekan kerja dan lingkungannya. Kita tidak bisa pilih – pilih partner, semua harus bisa diajak bekerja sama bahkan dengan orang yang sangat menyebalkan sekalipun. Sebab atasan akan melihat kinerja kita bukan hubungan dengan rekan kerja.
Jangan kaget ketika sebagai junior, kita akan banyak diperintah untuk hal – hal yang sepele seperti fotocopy ataupun korespondensi dengan klien ataupun pihak lain. Tapi sebenarnya proses penilaian sedang diberikan kepada kita. Bahkan tak jarang pula atasan langsung memberikan tugas besar untuk memberikan penilaian.
Mungkin ini baru berupa cukilan – cukilan akan beyangan dunia kerja yang sebenarnya. Inilah realita yang akan kita alami. Teguhkan dalam hati bahwa kita bisa mencapai cita – cita bekerja di tempat yang sudah diidam – idamkan. Jangan sampai ketika semua mimpi itu telah nyata di depan kita buyar begitu saja karena ketidaksiapan mental dan fisik kita untuk bekerja.
Ingatlah pameo Tak ada musuh yang abadi, Tak ada kawan yang abadi, Yang ada hanya kepentingan yang abadi. Ini benar – benar terjadi di kantor. Terutama ketika Emosi telah mengalahkan Rasio. Selamat bergabung di dunia nyata, kondisi ketika logika dan kedewasaan sikap menjadi pandangnnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment